Ahad, 30 September 2012

Azhar idrus(Quote)





hukum bermain catur


Hukum main catur

Soalan:

Assalammualaikum ustaz... saya ingin meminta penjelasan berkenaan riwayat dari kitab MUKASHAFAH AL QULUB KARANGAN IMAMAL-GHAZALI..
saidina ali pernah lalu pada sekelompok orang yang sedang bermain catur. kemudianbeliau berkata \"permainan apa ini yang sangat mengasyikkan? jika salah seorang diantara kamu berjalan di atas bara api, adalah lebih baik dari memeinkannya.\" kemudian beliau berkata, \" demi allah kamu diciptakan bukan untuk ini.\" juga beliau mengatakan \"permainan catur adalah manusia paling banyak dusta.salah seorang mengatakan AKU MATI padahal tidak mati. atau DIA MATI padahal tidak mati\" abu musa asyaari mengatakan,\" tidak akan bermain catur kecuali orang yang salah.\"

nak minta pendapat tentang kedudukan sebenar catur. kalau boleh dengan rujukan kitab HALAL DAN HARAM- DR YUSUF AL-QARADHAWI..

Amir

Jawapan:

Para ulama sudah membicarakan hukum main catur. Dan sebagaimana biasa pendapat mereka tidak sama. Secara ringkasnya kita sebutkan beberapa pendapat mereka.

Pendapat Pertama : Mereka yang mengharamkan main catur.

Mereka adalah jumhur ulama dari kalangan Al-Hanafiyah, Al-Hanabilah dan sebahagian riwayat pendapat Imam Malik ra. Ulama Al-Hanafiyah menetapkan bahwa permainan catur itu hukumnya makruh baik main dadu atau catur. Sedangkan bila permainan itu bercampur dengan unsur judi, atau dilakukan secara rutin atau bahkan sampai meninggalkan pekerjaan yang wajib, maka hukumnya menjadi haram secara ijma`.

Sedangkan Al-Malikiyah mengatakan bahwa permainan tersebut tidak ada kebaikan di dalamnya, hingga sampai pada titik dimana orang yang bermain catur tidak boleh diterima kesaksiannya. Al-Hanabilah mengatakan bahwa permainan catur itu hukumnya haram secara mutlak.

Pendapat Kedua : Mereka yang mengatakan makruh

Pendapat ini didokong oleh para ulama Asy-Syafi`iyyah dan para pengikutnya. Hanya Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa hal-hal tersebut menjadi makruh bila dilakukan secara rutin.

Pendapat Ketiga : Mereka yang mengatakan harus.

Ini adalah pendapat para tabiin besar seperti riwayat daripada Abi Yusuf dari Al-Hanafiyah dan mereka memberikan alasan jika permainan itu dimaksudkan untuk melatih otak.

Al-Hafiz Ibnul-Bar berkata bahwa pendapat jumhur fuqoha tentang catur adalah bahwa orang yang memainkannya tanpa ada unsur judi dan dilakukan secara tertutup bersama keluarga sekali dalam sebulan atau setahun dan juga tidak diketahui oleh orang lain maka hukumnya dimaafkan dan tidak haram atau tidak makruh. Tapi jika dia melakukannya secara terang-terangan maka maruah dan keadilannya jatuh sehinggga mengakibatkan kesaksiannya tidak diterima. (Lihat At-Tamhid : 13/183 dan Al-Qurtubi : 8/338.

Diantara orang yang memberikan rukhshah untuk bermain catur selama tidak ada unsur judi adalah : Said bin Musayyab, Said bin Jubair, Muhammad bin Sirin, Urwah bin Zubair, As-Sya`bi, Al-Hasan Al-Bashri, Ali bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Ibnu Syihab, Rabi`ah dan Atho` (Lihat At-Tamhid : 13/181).

Pendapat ini juga disepakati oleh Dr. Yusuf Al-Qordhawi dalam kitab Halal dan Haram seperti berikut;

Di antara permainan yang sudah terkenal ialah catur.
Para ahli feqh berbeza pendapat tentang hukumnya, antara harus, makruh dan haram.
Mereka yang mengharamkan beralasan dengan beberapa hadis Nabi s.a.w. Namun para pengkritik dan penyelidiknya menolak dan membatalkannya. Mereka menegaskan, bahwa permainan catur hanya mulai tumbuh di zaman sahabat. Oleh karena itu setiap hadis yang menerangkan tentang catur di zaman Nabi adalah hadis-hadis batil (dhaif).

Para sahabat sendiri berbeza dalam memandang masalah catur ini. Ibnu Umar menganggapnya sama dengan dadu. Sedang Ali memandangnya sama dengan judi. (Mungkin yang dimaksud, iaitu apabila diiringi dengan judi). Sementara ada juga yang berpendapat makruh.

Dan di antara sahabat dan tabi'in ada juga yang menganggapnya harus. Di antara mereka itu ialah: Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Sirin, Hisyam bin 'Urwah, Said bin Musayyib dan Said bin Jubair.

Inilah pendapat orang-orang kenamaan dan begitu jugalah pendapat saya. Sebab menurut hukum asal, sebagaimana telah kita ketahui, adalah harus. Sedang dalam hal ini tidak ada satu nas tegas yang menerangkan tentang haramnya. Dan pada catur itu sendiri melebihi permainan dan hiburan biasa. Di dalamnya terdapat semacam senaman otak dan mendidik berfikir. Oleh karena itu tidak dapat disamakan dengan dadu. Dan jesteru itu pula mereka mengatakan: yang menjadi ciri daripada dadu ialah keuntungan(spekulasi), jadi sama dengan azlam (tenung nasib). Sedangkan yang menjadi cirri-ciri dalam permainan catur ialah kecerdasan dan latihan, jadi sama dengan lumba dan memanah.

Namun tentang keharusannya ini, ia ada tiga syarat:

1. Tidak boleh menyebabkan tertundanya solat

2. Tidak boleh bercampur dengan unsur judi

3. Boleh menjaga lisannya ketika sedang bermain untuk tidak bercakap kotor atau membicarakan hal orang lain dan yang sejenisnya.

Kalau ketiga syarat ini tidak dapat dipenuhinya, maka dapat dihukumi haram.
(halal haram dalam Islam : Prof Dr Yusuf al-Qaradhawi)

Sebagai kesimpulannya, jika kita melihat kepada syarat yang diletakkan oleh Dr Yusuf al-Qaradhawi, iaitu tidak boleh menyebabkan tertundanya solat , tidak terlibat dengan judi dan boleh menjaga lidah ketika bermain catur, siapakah yang boleh menjaga semua ini? Sudah pasti orang-orang yang beriman dengan Allah s.w.t dan orang yang kuat pegangan agamanya sahaja yang boleh melakukannya. Jika yang bermain catur ini adalah orang-orang yang kuat imannya maka mereka perlu menilai semula, apa faedah catur kepada mereka? Adakah dengan bermain catur ini boleh meningkatkan iman kepada Allah s.w.t atau hanya permainan yang membuang masa sahaja. Tidakkah orang-orang yang beriman ini pernah membaca ayat Allah s.w.t dalam surah al-Asr

“1. Demi Masa!

2. Sesungguhnya manusia itu Dalam kerugian -

3. kecuali orang-orang Yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan Dengan kebenaran serta berpesan-pesan Dengan sabar”.

Adakah dengan bermain catur termasuk dalam erti kata orang-orang Yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan Dengan kebenaran serta berpesan-pesan Dengan sabar”.

Jadi pendapat Al-Hafiz Ibnul-Bar yang mengatakan bahwa pendapat jumhur fuqoha tentang catur adalah bahwa orang yang memainkannya tanpa ada unsur judi dan dilakukan secara tertutup bersama keluarga sekali dalam sebulan atau setahun dan juga tidak diketahui oleh orang lain maka hukumnya dimaafkan dan tidak haram atau tidak makruh, boleh diterima pakai oleh orang-orang yang beriman ini, kerana sebagai seorang yang beriman mereka memerlukan banyak masa untuk melakukan perkara yang lebih berfaedah, seperti meningkatkan ilmu fardu ain dan fardu kifayah, menghadiri majlis ilmu, membaca dan menghafaz al-Quran dan ibadah-ibadah yang lain. Jika orang-orang yang soleh ini sibuk dengan urusan agama, maka siapakah yang akan bermain catur? Sudah pasti orang-orang yang lalai akan bermain catur, apabila orang yang lalai ini bermain catur, adakah mereka boleh menjaga semua syarat ini? Sudah pasti tidak, apabila tidak boleh menjaga syarat ini maka hukumnya….sudah dimaklumi.

Oleh itu, mengelak daripada bermain catur atau yang seumpama dengannya seperti Dam, Domino dan lain-lain yang tidak ada faedah dari segi kesihatan dan agama adalah lebih utama untuk keluar daripad Khilaf ulama.

Wallahu a’lam.